Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cowok Beli Pembalut Charm Cool

Aibkah, tabukah, pamalikah jika seorang cocok membeli Pembalut Charm Cool? Meski itu disuruh sama istri atau ibu kandung atau mungkin pacaranya? Berikut penulis akan sajikan rangkuman hasil diskusi di sebuah forum yang kebetulan membahas tentang ini.Bagir ALS, salah satu member forum tersebut. Menulis respon seperti ini; Menurut pribadi saya sih, sesungguhnya gak ada yang salah kok dengan hal ini. Kadang kala kakak saya enggan menyuruh saya untuk membeli membeli pembalut karna menurutnya itu tidak pantas, namun saya tak pernah keberatan kok melakukannya. Tapi suka heran juga, mengapa banyak orang yang beranggapan jika pria membeli sebuah pembalut, kenapa terlihat aneh?

Bagir Als, menduga hal ini sangat berawal dari prilaku si penjualnya pembalut itu sendiri. Karena sepengalaman Bagir, ada banyak penjual yang gak bisa menghargai privasi pembelinya, mereka kepo, mereka suka nanya-nanya untuk siapa pembalut itu, anehnya lagi banyak dari mereka bertanya dengan nada dan senyum yang meremehkan. Namun ada juga faktor lain, misalnya mungkin karena pembalut itu berkaitan erat dengan masalah kewanitaan, ini yang ngebuat banyak orang aneh kalau ada pria yang membelinya, tapi pada intinya gak ada yang salah kalau cowok beli pembalut buat saudaranya, istriya, ibu atau pacarnya, selagi gak di pake buat dirinya sendiri.

Pembalut Charm Cool
Kejadian penjual yang tidak menghargai privasi pembeli pernah dialami oleh Enggar Prathita, member dari forum tersebut juga. Enggar bercerita pernah kejadian, di sebuah minimarket yang selalu bersaing itu. Kejadiannya waktu aku disuruh Ibuku untuk beli pembalut. Memang sih akan terlihat aneh jika ada seorang lelaki beli pembalut wanita, tapi yang aku rasa itu ngga masalah, bukankah aku membelikan untuk Ibuku. Dan kalau aku bertemu teman waktu membeli pembalut wanita malah dikatain. Saya ngga masalah memang dikatain, tapi apa mereka ini ga pernah disuruh sama orang tuanya? 

Sementara itu, Wisnu Widiarta. Pria yang sudah berkeluarga dan tinggal di Jakarta ini, menuturkan. Saya juga kebetulan lahir dari Suku Jawa dan bergama Islam. Ketika istri meminta saya membeli pembalut ya saya belikan, saya ke warung, tanya penjualanya, kalo ada saya belikan. Kalo gak ada, saya ke Indomaret, langsung menuju ke rak pembalut dan beli deh. Tidak ada salahnya kok. Namanya suami istri ya saling membantu. Kalau ada yang menegur, senyumi saja sambil mbatin, "Mind your own business!". Kalau yang menegur keluarga juga, ya sampaikan baik-baik saja, kalau Anda sebagai suami tidak berkeberatan.

Bukankah ketika Nabi Muhammad SAW di rumah, beliau membantu pekerjaan rumah tangga, membantu istrinya. Seperti menyapu rumah, memerah susu kambing, menjahit baju, makan bersama pembantunya, dan membeli kebutuhannya di pasar. Jadi tidak usah jadi bahan pemikiran yang rumit menurut saya.

Keterbukaan dan kedewasaan berpikir Wisnu Widiarta disokong pendapat oleh Yenny Kartika.
"Sebagai perempuan, saya akan berpikir dia seorang laki-laki yang perhatian pada pasangan, kakak perempuan, atau ibunya. Dengan dia bersedia mengorbankan harga dirinya (ceilee..) untuk menuju toko dan memilih-milih pembalut, ia secara tak langsung telah menunjukkan perhatiannya kepada wanita-wanita yang ia cintai/hormati. Apakah benar demikian, Para Pria?"

Selanjutnya mari kita simak, kisah lucu dari Ibu Illa Al-Mira berikut ini. Cerita di masa kecilnya.

Berhubung saya belum pernah beli yang aneh-aneh, malu membeli sesuatu cuma saya rasakan waktu masih SD. Saya malu membeli pembalut.

Pasalnya, waktu pertama kali saya beli di kios dekat rumah, yang ngejagain itu Om-om. Ganteng pula. Biasanya beliau dipanggil dengan sebutan Om Tejo. Dulu belum ada minimarket di kota saya. Swalayan pun cuma satu-dua. Jadi, saya harus membelinya sendiri di kios kecil untuk pertama kali. Itu bukan momen menstruasi pertama saya sih, cuma sebelumnya saya pakai sisa punya kakak perempuan saya.

"Om, beli ... pembalut." Suara saya menipis di ujung kalimat.
"Ya? Beli apa?"

Duh, harus banget ngulang ya Om? "Beli ini." Telunjuk saya mengarah pada etalase kaca yang menampakkan jejeran pembalut berbagai merk.

"Oh..." Dia nyengir. Nah kan, makin malu saya tuh.
Berikutnya, kalau mau beli pembalut, saya minta tolong sama kakak perempuan saya. Kalau mereka menolak, saya mohon-mohon sampai berlutut dan merengek.
Kebiasaan ini baru berhenti ketika saya SMP. Pasalnya di masa itu, sudah banyak teman-teman yang mendapat haid dan saya tidak merasa sendirian. Hahaha.
Lucu juga ya ceritanya. Simak juga cerita lucu dari Mbak Ririn berikut ini;
Waktu saya masih SMA, saya pergi ke kantin bersama dua orang teman sekelas. Sebut saja namanya B dan E.

Saat pulang dari kantin, B sadar bahwa E ternyata “tembus” dan dengan sigapnya langsung memberikan instruksi.

“Rin, lo ke kelas bawa jajanannya ya terus nyusul ke toilet. E, lo ke toilet ya. Gue beli pembalut ke koperasi.”

Saya menuruti perintah si B, lalu kembali ke toilet untuk melihat apakah si E butuh bantuan. Sampai disana, ternyata B belum kembali padahal koperasi berada di sebelah toilet perempuan.

Saya menyusul ke koperasi dan B sedang tertegun didepan pintu koperasi. Saya bertanya apakah saya saja yang beli karena mungkin B malu membelinya sebagai seorang laki-laki. Tapi B menolak dan maju berhadapan dengan penjaga koperasi. Dia berkata,

“Bu... emmm... mau beli... roti belanda.”

Saya terdiam. Istilah macam apa itu? Bukan hanya saya, satu koperasi yang ramai itu terdiam lalu tertawa. Untungnya ibu penjaga mengerti setelah terdiam agak lama dan B langsung menyeret saya keluar untuk memberikan pembalut tersebut kepada E.

Ternyata banyak kisah dan cerita yah saat pria membeli pembalut, lalu kisahmu seperti apa kawan?


Posting Komentar untuk "Cowok Beli Pembalut Charm Cool"